Analisis Gunung Krakatau Kaitannya dengan Hukum Di Indonesia dan Suksesinya

posted by Vita fhuns

v  Analisis Gunung Krakatau dalam perspektif hukum di Indonesia
            Pemerintah Indonesia sampai saat ini belum menunjukkan perhatiannya terhadap perkembangan Ilmu Pengetahuan, khususnya dunia penelitian. Selain  itu, penghargaan kepada para peneliti juga sangat kurang, gaji peneliti saja sama dengan gaji guru sekolah dasar. Padahal kemajuan suatu  Negara itu dasarnya dari penelitian. Sekarang ini, pemerintah Indonesia lebih menitikberatkan politik praktis daripada penelitian-penelitian yang menjadi dasar kemajuan suatu Negara. Ilmu dasar dianggap tidak penting.
            Di Indonesia, temuan-temuan baru sering dianggap tidak penting dan tidak menarik. Lain halnya di luar negeri yang sangat luar biasa penghargaannya. Bahkan, pernah dipublikasikan di internet bahwa peneliti yang ingin meneliti di Krakatau harus izin dan berkoordinasi dengan Universitas Oxford (Inggris). Hal itu disebabkan karena Oxford telah mempunyai letak penelitian permanen di Krakatau sejak tahun 1989 dan itu terus dipelihara sehingga semua yang akan menggunakan petak itu harus izin Universitas Oxford. Disinilah letak tidak adanya perhatian dari pemerintah Indonesia selaku pemilik wilayah Gunung Krakatau.
            Universitas di Indonesia tidak ada yang pernah membuat petak dan data yang terus-menerus sehingga tidak bisa menerbitkan publikasi terkait dengan perkembangan Krakatau. Salah  satu kendalanya adalah minimnya dukungan dana dari pemerintah.





v  Suksesi Gunung Krakatau
Suksesi merupakan perubahan lingkungan secara lambat (evolusi lingkungan), dibedakan menjadi dua, yakni suksesi primer dan suksesi sekunder. Suksesi primer terjadi pada lingkungan perawan, baru terbentuk atau belum ada rekayasa. Bisa juga terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal terbentuk habitat baru. Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai. Misalnya saja terbentuknya suksesi di Gunung Krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan gunung Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken) serta tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan. Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai.
Zat yang terbentuk karena aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi demikian tidak menjadikan pioner subur tapi sebaliknya.
Sementara itu, rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat terus mengadakan pelapukan lahan.Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan semak menaungi rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah hutan. Saat itulah ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak mengubah ekosistem itu.
Krakatau merupakan satu-satunya pulau yang terdata suksesi ekologinya sejak dari kondisi steril setelah letusan pada tahun 1883. Oleh karena itu, pulau ini sangat berharga bagi dunia ilmu pengetahuan. Letusan dahsyat pada 27 Agustus 1883 menyebabkan pulau Krakatau yang semula terdiri dari tiga puncak, yaitu Danan (450 mdpl), Perbuatan (120 mdpl), dan Rakata (822 mdpl), runtuh ke dalam laut.
Pulau Sertung dan Panjang, sisa kaldera (kawah gunung berapi) tua sebelum letusan 1883 yang berada di lingkar luar Pulau Krakatau, juga tertimbun abu dan batu apung sampai ketebalan lebih dari 50 meter. Para peneliti menganggap letusan ini mengakibatkan area tanpa kehidupan, sekitar tahun 1929, muncul anak Krakatau, muncul anak Krakatau dari dalam laut. Letusannya hampir memengaruhi separuh belahan bumi, yang tertutup oleh abu Krakatau.
Sejak dimulai peristiwa sterilisasi  hingga proses suksesinya, kita bisa belajar tentang pembentukkan hutan tropis, munculnya paku-pakuan, lumut, dan rumput sebagai pionir hingga terbentuknya hutan sekunder. Selain itu, kita juga bisa belajar bahwa ada sedemikian banyak tahapan yang harus dilewati untuk membangun ekosistem hutan supaya kita lebih hati-hati dalam menjaganya.

Komentar